yurlan sengo
Kamis, 05 Mei 2016
tugas 01 mekanika rekayasa
https://docs.google.com/spreadsheets/d/1YUy0h1buuannDpe7nrhpkQAF0QNFoZA_LCEt8fOnZOM/edit#gid=2064958434
Selasa, 03 Mei 2016
Sabtu, 30 April 2016
personal
Kuliah Hanya
Sekedar Trend Masa Kini
Melanjutkan pendidikan
diperguruan tinggi adalah merupakan cita-cita setiap orang yang baru
menyelesaikan pendidikannya di SMA dan sederajat. Merupakan kebanggaan
tersendiri buat mereka dengan menyandang status sebagai mahasiswa. Karena
menjadi seorang mahasiswa tentunya akan mengangkat derjatnya dan akan dipandang
ditengah masyarakat. Tidak hanya mereka yang bangga dengan statusnya sebagai
mahasiswa akan tetapi orang tuanya pun juga ikut merasa bangga ketika anaknya
menjadi seorang mahasiswa. Ketika orang tuanya ditanya, “anaknya dimana bu?”
Ibunya pun menjawab dengan biasa-biasa saja “Baru di SMP atau masih di SMA”,
tetapi ketika anaknya beranjak dewasa, ketika ibunya ditanya “anaknya dimana
bu? Dengan bangganya sang ibu menjawab “Anak saya kuliah di ....”.
Itu juga sebenarnya yang saya rasakan dulu, pertama
kali menginjakkan kaki dikampus Universitas lakidende, ada berbagai perasaan
yang menyelimuti saya, senang, bangga dan tertantang. Senang karena bisa
melanjutkan pendidikan di kampus Universitas lakidende yang merupakan kebanggaan
saya saat ini, apalagi saya masuk di Fakultas TEKNIK, TEKNIK SIPIL yang notabennya
kata dosen mekanika saya adalah fakultas kaum intelektual dan fakultas yang
sangat dekat dengan tuhan. Saya pun tertantang karena menjadi seorang mahasiswa
itu bukan hal yang mudah, karena banyak amanah yang harus saya selesaikan,
bukan hanya sekedar amanah dari orang tua akan tetapi juga amanah dari Tuhan.
Identitas baru pun melekat dalam diri saya yaitu MAHASISWA.
Berbagai alasan-alasan atau tujuan yang di kemukakan
sehinggah mereka masuk ke perguruan tinggi,
salah satu alasan yang paling mendasar yang terucap dari mulut mereka
adalah supaya mudah untuk mendapatkan pekerjaan. Dengan kuliah tentunya akan
mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dan tentunya berbeda dengan mereka yang
hanya tamat SD, SMP ataupun SMA. Sehingga prioritas utamanya bukanlah untuk
menambah ilmu pengetahuan.
Pada kenyataannya, itulah yang terjadi pada
mahasiswa, tidak hanya sekedar untuk mendapatkan sebuah pekerjaan, jabatan
ataupun kedudukan akan tetapi menjadi seorang mahasiswa adalah sebuah gaya
hidup. Status sebagai mahasiswa adalah perubahan gaya hidup yang berbeda dengan
yang lain, karena menurut mereka menjadi mahasiswa adalah gaya hidup yang
dipandang sebagai gaya hidup kelas menengah atau bahkan kelas atas yang mampu
mengkomsumsi produk gaya hidup modern.
Status mahasiswa sebagai kaum intelektual tidak
berlaku lagi pada mereka. Masyarakat tidak memandang lagi mahasiswa sebagai
pembela rakyat, pengontrol gerak pemerintah, dan aktivis perubahan (Agen of
change). Posisi insan kampus ini mengalami titik kritis sehinggah posisinya
semakin tidak jelas. Belum lagi media terutama Televisi menambah citra buruk
mahasiswa yang dimana didalamnya mahasiswa seolah-olah menjadi obyek yang
menarik untuk dijual. Mereka hadir dalam acara Reality Show, OVJ,
EMPAT MATA dan lain-lainnya yang dengan lengkap memakai almamaternya,
mereka biasa-biasa saja bahkan justru bangga karena bisa masuk Televisi.
Dalam kisah sinetron juga misalnya, mahasiswa juga
hanya sebagai obyek tontonan dan tertawaan masyarakat yang sama sekali tidak bisa
disumbangsikan kepada masyarkat, mengangkat kisah kehidupan mahasiswa yang
sibuk dengan urusan cintanya dengan drama yang berlebihan, dimana kampus hanya
sebagai tempat pencarian pasangan, menjadi tempat aktivitas “cinta sempit” yang
bernama “pacaran”, menonjolkan tampilan fisik, trendi-trendian dan
gaul-gaulan. Sehingga apa yang terjadi adalah mahasiswa hanya dipandang sebagai
mereka yang hanya mementingkan dan memikirkan dirinya sendiri. disisi lain
mereka menangis dan bersedih ketika tidak mendapatkan pasangan, menjadikan
kampus sebagai tempat bersenang-senang dan hura-hura, menyediakan waktu yang
banyak di Kedai kopi, sehingga kampus pun menjadi sebagian dari gaya hidup.
Apa yang terjadi saat ini pada mahasiswa, sungguh
menjadi ironi. Gaya hidup mahasiswa sekarang terprosok kearah prinsip hidup
hedonisme yang kalau boleh dibilang, justru menjerumuskan diri mereka pada
jurang kapitalisme. Sifat acuh terhadap realitas sosial, pergaulan dan gaya
hidup glamour yang mengikuti trend masa kini membuat mahasiswa menjadi apatis.
Kegiatan yang diadakan oleh mahasiswa di kampus pun
sudah jauh dari mencerahkan, kebanyakan kegiatan-kegiatan mereka terutama yang
digarap oleh organisasi intra kampus lebih cenderung kepada hedonis, yang sama
sekali tidak menuju kepada intelektual. Pentas musik, futsal adalah
kegiatan-kegiatan yang hanya menonjolkan gaya hidup semata yang sama sekali
tidak mengarah kepada hal-hal yang sifatnnya akademik dan ilmiah. Meskipun ada
kegiatannya yang intelektual, seperti halnya seminar atau bedah buku, akan
tetapi semua itu tidak mengarah kepada fungsi seminar sebagai tempat untuk
tema-tema kritis dan mencerahkan, terutama berguna kepada perubahan sosial.
Mereka yang hadir dalam seminar hanya sekedar mengadiri saja dan bahkan tujuan
utamanya adalah untuk mendapatkan sertifikat.
Bermacam-macam sekarang aktivitas mahasiswa yang
dapat kita jumpai, akan tetapi tidak jelas kemana arahnya. Mereka memang rajin
datang ke kampus, mengisi daftar absen, duduk mendengarkan kuliah, tetapi
kebanyakan dari mereka hanya duduk saja tanpa mengajukan satu pun pertanyaan.
Mereka menghabiskan waktunya dengan berkumpul di
kantin, atau duduk di tempat-tempat yang indah di kampus. Apa yang mereka
bicarakan? Produk barukah? Teman atau pacar barukah? atau film drama cinta
korea? Lalu kemudian berapa banyak waktu yang mereka sediakan untuk membaca,
menulis dan kajian? Tentu kita masing-masing sudah tahu jawabannya. Sehingga
budaya kritispun seakan lenyap dengan seiring berjalannya waktu.
Inti dari tulisan ini sebanarnya adalah cuma ingin
mengingatkan kepada teman-teman. Saya tidak bermaksud untuk menghakimi, karena
sebenarnya teman-teman sudah tahu, hanya saja perlu direfleks kembali. Karena
sesungguhnya mahasiswa adalah generasi pelanjut yang akan menggantikan mereka
yang diatas, menggantikan mereka yang dipemerintahan, menggantikan mereka yang
mengajar di kampus sebagai dosen, menggantikan mereka yang di mesjid sebagai
imam dan sebagainya. Jikalau saat ini mahasiswa hanya tinggal diam, dan
terlenah oleh kesenangan-kesenagan yang ditawarkan oleh kaum kapitalis, dan
terbawa arus oleh gaya hidup modern, pastinya mimpi untuk memperbaiki negeri
ini hanya sekedar di buah bibir saja, perubahan-perubahan yang diharapkan hanya
sekedar hayalan saja, oleh karena itu, mahasiswa seharunya kembali kepada
identitas dan fungsinya, budaya-budaya mahasiswa harus dikembalikan karena
kemunduran kampus adalah kemunduran kemanusiaan.
Langganan:
Postingan (Atom)